Dec
25
2017

Week 4 CB sem 3

Pada tanggal 11 Desember 2017 kelompok kami mewawancarai pak Gembala, beliau adalah narasumber kami sebagai tokoh agama Kristen. Berikut adalah hasil wawancara kami;


Kami menanyakan mengapa jumlah terjadinya tindakan kriminal di negara yang bergerak berdasarkan agama lebih tinggi dibanding negara yang tidak bergerak berdasarkan agama? Beliau pun menjawab seperti berikut, “Bukan masalah agamanya, tapi faktor pendidikan. Pendidikan minim membuat masyarakat mencari celah agar bisa sejahtera, apalagi dengan tekanan ekonomi tinggi.” Saya rasa, maksud dari bapaknya adalah karena terdesak oleh tekanan ekonomi yang semakin hari makin tinggi lah, makanya tindakan kriminal meningkat, dan faktor agama bukanlah faktor penyebab utamanya.


Kemudian kami menanyakan tentang alasan mengapa sifat toleransi antar agama sangat sulit terjadi di Indonesia? Berikut jawaban beliau, “Mungkin mereka dari kecil sudah dididik agar tidak menghargai agama lain sehingga tidak ada atau sedikit toleransi. Daerah jugalah sebuah faktor. Pasti ada tempat dengan toleransi tinggi dan begitu juga sebaliknya.” Bisa disimpulkan bahwa agar masyarakat lebih bisa mentoleransi satu dengan yang lainnya, kita harus mendidik masyarakat agar bisa mentoleransi dari kecil, atau membuat daerah Indonesia sebagai tempat yang tinggi akan toleransi.



Selanjutnya kami menanyakan apa peran agama dalam pembuatan dunia yang damai? Beliau menjawab “Peran agama lebih ke diri sendiri mengingatkan kita kepada diri kita sendiri agama mengajarkan semua hal yang baik.“ Artinya sebenarnya agama itu sebenarnya mengajarkan kita hal-hal baik, dan bersifat lebih menuju ke introspeksi diri. Jika saja kita mengikuti aturan-aturan agama, suruhan dan larangan-Nya, Maka dunia pasti akan lebih damai.



Lalu bagaimana kita dapat menghormati agama lain? Jawab beliau ,”Menghargai agama lain; ya hargai saja. Jgn ganggu.” Intinya, untuk dapat menghormati agama lain, kita bisa mulai dari menjaga hati dan mulut kita untuk tidak menilai orang lain sembarangan.



Kami lalu menanyakan pendapat beliau tentang kelompok-kelompok anarkis yang biasanya muncul atas nama agama. Jawaban beliau ialah, “Setiap agama pasti punya kelompok-kelompok extreme. Suhu politik tinggi di Indonesia jadi pasti kelompok tersebut terkait dengan agenda-agenda politik. Di belakang mereka pasti ada yang menyuruh mereka.” Segala macam kemungkinan muncul, di saat hal-hal berbau politik dan terkadang ekonomi bercampur tangan tanpa mengikuti aturan-aturan agama. Apalagi jika munculnya kelompok-kelompok ini akan berdampak baik bagi mereka yang memanfaatkannya. Karena, sebenarnya ‘agama mudah sekali dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi,’ dan itulah jawaban beliau pada pertanyaan kami berikutnya.

Selanjutnya, kami menanyakannya bagaimana cara menjaga lingkungan dan alam, dimana Tuhan telah menitipkannya kepada kita, sebuah pertanyaan yang berbeda dari yang sebelumnya karena pertanyaan ini tidak ada sangkut-pautnya dengan masalah-masalah dunia politik dan teman-temannya. Jawaban beliau ialah, “Menjaga alam ya kita jangan buang sampah sembarangan. Hal2 positif dilakukan, misalnya menanam tumbuhan, membersihkan tempat tinggal, jalanan, dll. Agama disini bisa berperan sebagai pengajak umat agar go green.” Di sini saya setuju, karena saya percaya bahwa agama mengajarkan, bahkan mengajak kita untuk berbuat baik, dan menjaga lingkungan dan alam sekitar adalah tindakan yang baik, bukan?

Dan terakhir, pesan dari narasumber Pastor kita adalah, “Kita harus bersyukur kita punya alam Tuhan campur tangan dalam alam kita bisa bersyukur dengan alam yang kita punya. Karena jika Tuhan tidak bercampur tangan, apakah udara sejuk kita tidak kehabisan? Tidak. Karena campur tangan Tuhan lah kita bisa menikmati udara yang tiada habisnya, kita bisa menikmati sayuran agar kita sehat.”

 

Written by willnath in: Uncategorized |

No Comments »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URL


Leave a Reply

Powered by WordPress. Theme: TheBuckmaker. Zinsen, Streaming Audio